SMK Negeri 1 Tonjong

MAGENTA

Majalah Generasi Tangguh SMK N 1 Tonjong

Aku hanyalah sebuah buku di rakmu
Tapi aku dapat menjadi bagian hidupmu.
Kalau saja kau bersedia menyusuri halaman-halamanku
Aku akan berkeliling dunia bersamamu

 

(A Book by Edgar Guest)

Kisah & Hikmah

Kisah Sebongkah Roti: Sebuah Kisah Pendek Penuh Hikmah

Berbuat baik pada sesama sudah menjadi kewajiban bagi setiap umat manusia. Tidak peduli apapun agama yang dianut, kita harus memperlakukan orang lain dengan baik jika ingin diperlakukan baik pula. Buah perbuatan baik seringkali tidak hanya berupa pahala bagi seseorang, bahkan ketika masih di dunia perbuatan yang dilakukan dapat kembali padanya dengan cara yang tidak diduga-duga.

Seperti dalam kisah berikut ini. Perbuatan baik yang dilakukan secara konsisten dan sabar ternyata memberikan hikmah luar biasa pada seorang wanita.

*****

Ada seorang wanita yang membuat roti untuk makanan keluarganya setiap hari. Setiap harinya, wanita ini membuat roti ekstra untuk diberikannya pada orang lain yang kebetulan melewati rumahnya. Dia meletakkan roti itu pada jendela rumahnya untuk siapa saja yang ingin mengambil roti tersebut.

Setiap hari, ada orang yang sudah bungkuk datang dan mengambil roti itu. Tetapi, bukannya mengucapkan terima kasih dan menunjukkan keramahan, pria itu malah menggerutu sejumlah kata yang selalu dia ucapkan setiap hari. Beginilah kira-kira ucapannya: “Perbuatan burukmu akan tetap bersamamu, perbuatan baikmu akan kembali kepadamu.”

Hal ini berlangsung secara terus-menerus, hari demi hari. Pria bungkuk itu selalu datang dan mengambil roti seraya mengatakan sesuatu dengan mengucapkan, “Perbuatan burukmu akan tetap bersamamu, perbuatan baikmu akan kembali kepadamu.” Wanita itu merasa sebal dengannya,”Bukannya berterima kasih..,” katanya dalam hati.

‘Setiap hari pria itu mengatakan hal yang sama, apa maksudnya?’ pikir wanita itu.Suatu hari, tiba-tiba dia memiliki keinginan untuk menyingkirkan pria bungkuk itu. Dia berniat membuat roti dengan racun di dalamnya. Tetapi, ketika akan meletakkannya pada jendela, dia gemetar dan tersadar. “Apa yang telah aku lakukan?” katanya. Roti itu akhirnya dibakarnya habis dan dia menggantinya dengan roti biasa. Seperti hari-hari sebelumnya, pria itu datang lagi dan tetap mengatakan hal yang sama, tidak menyadari peperangan batin dalam wanita itu.[quote]

Putra wanita itu pergi merantau jauh dari tempat tinggalnya. Dan sudah berbulan-bulan dirinya tak mendapatkan kabar tentang keberadaan putranya itu. Wanita ini terus berdoa agar putranya diberi keselamatan dan dapat kembali padanya.

Malam itu, pintu rumahnya diketuk dari luar, wanita itu pun membuka pintu rumahnya dan terkejut melihat sang anak berdiri dihadapannya. Anaknya itu terlihat sangat kurus dan lemah, rupanya dia kelaparan.

Sang anak menatap ibunya dan berkata,”Ibu, ini keajaiban. Ketika aku masih jauh dari sini, aku kelelahan dan pingsan. Aku mungkin akan mati kelaparan, tetapi pada saat itu ada orang bungkuk datang melintas dan memberiku sebuah roti,” ungkap sang anak. Pria itu berkata,” Ini yang aku makan setiap hari. Hari ini aku harus memberikannya padamu karena kamu lebih membutuhkannya daripada aku.”

Kemudian seketika wajah ibunya memucat dan tersandar di tembok.Dia teringat akan roti beracun yang hampir saja dia berikan pada orang bungkuk itu pagi tadi. Andai saja dia memberikannya pada orang bungkuk itu, tentu anaknya lah yang akan dia racuni dengan tangannya sendiri. Akhirnya dia menyadari arti kata yang selalu diucapkan pria bungkuk itu,”Perbuatan burukmu akan tetap bersamamu, perbuatan baikmu akan kembali kepadamu.”

*****

Habib Muhammad Husain Al-Muthohar Sang penyelamat Bendera Merah Putih.

Selama ini kita mengenalnya adalah H.Muthohar pengarang puluhan lagu wajib nasional, ternyata beliau seorang Habib keturunan Rasulullah SAW, nama lengkapnya adalah Habib Muhammad Husein Al Muthohar, paman dari Habib Umar Al Muthohar semarang

Beliau juga dikenal sebagai penyelamat bendera pusaka asli saat agresi militer belanda ll dan beliau pendiri paskibraka.

Habib Muhammad Husein Al Muthohar adalah seorang komponis lagu yang hebat.

Habib yang dikenal dengan H.Muthohar ini telah menciptakan ratusan lagu indonesia, seperti contohnya Lagu Nasional hari merdeka, hymne syukur, hymne pramuka, Dirgahayu Indonesia ku, juga lagu anak2 seperti gembira, tepuk tangan silang, mari tepuk tangan dan masih banyak lagi. Lagu Hari Merdeka & Hymne Syukur adalah lagu paling fenomenal di Indonesia.

Jangan lupakan sejarah, boleh hidup dimasa modernisasi tapi ingat “KEMERDEKAAN REPUBLIK INDONESIA” tidak lepas dari Perjuangan Para Ulama, Habaib & Kiai serta para santri juga Masyarakat. Bagaimana darah & keringat mereka bercucuran, demi untuk Merdeka-nya Indonesia.

Sang Saka Bendera Merah Putih menjadi saksi perjuangan Para Syuhada, Nyawa & Harta rela mereka korbankan, salah satunya bahkan pada saat penjajahan, Pondok Pesantren Buntet Cirebon diserang oleh penjajah, para santri dan masyarakat berjuang mengusir penjajah, Lalu ALLAH SWT tunjukkan kebesaran-nya melalui salah satu karomah yang dimiliki Wali-Nya yaitu As Syeikh KH.Abbas buntet pesantren dengan kacang hijau, kacang hijau yang ada ditangan beliau, beliau lempari ke para penjajah lalu bisa meledak layaknya ledakan granat.

Habib Muhammad Husein Al Muthohar, As Syeikh KH.Abbas buntet, adalah diantara Para Waliyullah pejuang kemerdekaan Indonesia, masih banyak lagi Para Syuhada yang lainnya, sekarang tugas kita untuk mengisi kemerdekaan Republik Indonesia dengan hal2 yang positif. Jangan merusak “ARTI KEMERDEKAAN” dengan kau lakukan hal-hal yang negatif.

https://www.harianaceh.co.id/2019/08/17

Dahlan dan Hasyim; Persahabatan di Antara Dua Ideologi

Gejolak penyerangan kolonial semakin kentara pada awal abad ke-20. Bangsa Indonesia mulai muak dengan tipu daya Belanda selama ratusan tahun. Segala kekuatan dari berbagai elemen dikerahkan demi terciptanya kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Perlawanan terhadap penjajah tidak hanya dilakukan oleh para tentara dan rakyat biasa, tetapi juga hadir dari kalangan kaum bersarung (santri) dan para kiai Nusantara. Di antara para kiai itu adalah KH Ahmad Dahlan dan KH Hasyim Asy’ari. Lahirnya sosok baru dalam upaya merebut kemerdekaan tanah air dari kalangan salafusshalih menjadi sorotan para penjajah dalam meningkatkan penyerangan. Hal itu mendorong para ulama kala itu untuk mengatur strategi dan meningkatkan kewaspadaan. Bagaimana tidak, kebijakan politik pemerintah Hindia-Belanda yang menaruh kecurigaan terhadap para haji, mereka menganggap para haji adalah biang keladi pada pemberontakan-pemberontakan sebelumnya. Sehingga, pada akhirnya, kebijakan inilah yang membatasi pergerakan Islam kala itu.

Ialah KH Ahmad Dahlan, tokoh legendaris yang kita kenal sebagai founding father organisasi Muhammadiyah ini merupakan tokoh nasional yang sangat berjasa dalam upaya perjuangan kemerdekaan Indonesia. Lahir pada tahun 1868 M dengan nama Muhammad Darwis, putra dari seorang khatib Keraton Yogyakarta. Darwis lahir dari kalangan orang alim, bahkan beberapa sumber menyebutkan bahwa ia merupakan keturunan dari Ki Ageng Gribig (salah satu ulama di zaman Mataram) dan Maulana Ibrahim (Sunan Gresik) di sebuah kampung yang bernama Kauman, dengan lingkungan yang tentram di bawah naungan Sri Sultan Hamengku Buwono VII kala itu. Kauman sendiri saat ini popular sebagai perkampungan yang berdekatan dengan pusat keagamaan di sebuah perkotaan. Hidup di antara rakyat yang taat pada rajanya, atmosfer keagamaan yang kuat memberikan pengaruh yang luar biasa pada diri KH. Ahmad Dahlan. Hingga pada suatu ketika, dimana Sri Sultan Hamengku Buwono VII mengutus Raden Ngabei Ngabdul Darwis yang merupakan panggilan keraton terhadap KH. Ahmad Dahlan untuk menuntut ilmu di Arab Saudi.

Kedatangannya ke Arab Saudi inilah yang mempertemukannya pada sahabat remajanya saat belajar agama di Madura dan di Semarang; KH Hasyim Asy’ari, tokoh besar pembaharu Islam dari kalangan pesantren. KH Hasyim Asy’ari lahir di Jombang pada tahun 1871 M. Sama halnya dengan K Ahmad Dahlan, Kiai Hasyim juga dibesarkan di lingkungan yang religius. Ayah KH Asy’ari memiliki pondok pesantren di Jombang. Sejak usia 13 tahun, ia dipercaya ayahnya untuk menggantikan jadwal mengajar sang ayah, karena sudah menguasai kitab-kitab islam klasik (kitab kuning). Di usianya yang ke-15 tahun, ia mulai mengembara ke berbagai pesantren di Jawa untuk memperdalam ilmu agama, seperti di Pesantren Wonocolo Jombang, Probolinggo, Pondok Langitan, Trenggilis, dan di Pesantren Kiai Kholil Bangkalan, Madura. Di sinilah ia awal mula bertemu dengan KH Ahmad Dahlan, keduanya belajar bersama di bawah asuhan Kiai Kholil Bangkalan. Sampai pada akhirnya, empat dari murid Kiai Kholil tamat dari pendidikan keagamaan di Bangkalan, mereka diperintahkan untuk berguru ke Jombang dan Semarang. KH Ahmad Dahlan dan KH Hasyim Asy’ari mendapat perintah untuk berguru kpada Kiai Sholeh Darat di Semarang. Kiai sholeh darat merupakan ulama tersohor di pesisir utara Jawa kala itu. Bahkan keluarga RA Kartini juga belajar agama kepada Kiai Sholeh Darat. Sambung cerita, kedua remaja tersebut sangat menikmati nuansa pendidikan dari Kiai Sholeh. Adi Hasyim, begitulah panggilan akrab KH Ahmad Dahlan untuk Kiai Hasyim. Sebaliknya Kiai Hasyim juga memanggil KH Ahmad Dahlan dengan panggilan akrab Mas Darwis. Konon, keduanya juga tinggal sekamar. Selama kurang lebih dua tahun kedua santri ini mengabdi dan belajar agama pada Kiai Sholeh Darat dan Darwis mendapat nama yang sampai sekarang dikenal semua orang yaitu Ahmad Dahlan. KH Ahmad Dahlan lebih dahulu meninggalkan pesantren di Semarang dan kembali ke Yogyakarta, sebelum pada akhirnya mereka berdua juga bertemu pada guru yang sama saat menimba ilmu di Arab Saudi. Setibanya di Makkah inilah yang membuat keduanya mempunyai kecenderungan yang berbeda. Kiai Hasyim Asy’ari sangat menyukai hadits dan KH Ahmad Dahlan lebih tertarik pada pemikiran dan gerakan Islam. Karena keahliannya dalam hadist inilah yang membuat gurunya Syekh Ahmad Khatib Al-Minangkabawi memberikan gelar Hadratussyekh kepada Kiai Hasyim. Sampai pada akhirnya keduanya sama-sama boyong (istilah pulang/tamat dari pondok) dan kembali ke asal masing-masing untuk mengabdi pada tanah air. Dua orang besar inilah yang memberi ornamen baru untuk kemajuan Islam di Indonesia. Dengan semangat pergerakan islamnya KH Ahmad Dahlan, giat mendirikan lembaga pendidikan Islam yang formal dengan mengadaptasi pada sitem sekolah kolonial. Anak-anak muda Indonesia tidak hanya belajar agama saja, tetapi juga mampu memahami ilmu alam. Tidak mengherankan jika saat ini kita banyak menemukan sekolah-sekolah, perguruan tinggi dan rumah sakit yang maju milik Muhammadiyah, buah kegigihan dalam berideologi sang pendirinya. Sosok Kiai Dahlan memang terkenal pragmatikus, sedikit bicara, banyak bekerja. Dalam upaya menjawab persoalan ummat, ia bersama dengan orang-orang disekitarnya mendirikan sebuah organisasi yang diberi nama Muhammadiyah yang kemudian hari ini menjadi salah satu ormas besar di Indonesia. Sedangkan Hadratus Syekh KH Hasyim Asy’ari memang ditugaskan untuk mendirikan Pesantren di Tebuireng, Jombang dan memilih untuk fokus pada kajian salafiyah, kitab-kitab kuning. Santri-santrinya banyak yang berdatangan untuk menimba ilmu. Cita-cita mendirikan jamiyah ulama sangat direspons baik oleh KH Wahab Hasbullah untuk membuat wadah atau organisasi Islam yang moderat dan berasas pada Ahlussunnah wal Jamaah. Kemudian dibentuklah organisasi Nahdlatul Ulama (NU) sebagai bentuk asosiasi ulama-ulama salafi. Perjalanan keduanya memang sedikit berbeda. KH Ahmad Dahlan cenderung memilih jalur politik dalam mengembangkan gerakan islamiyah di Yogyakarta. Sedangkan Kiai Hasyim lebih memilih membesarkan pondok pesantrennya dengan kajian klasik. Sampai pada suatu saat sang Hadratussyekh menerima sebuah kabar dari santrinya, “Kiai, ada gerakan yang ingin memurnikan agama, dan membuat badan amal perserikatan di Yogyakarta.’ Jawaban Hadratusyekh sangat singkat dan santai. “Oh, itu Mas Darwis. Ayo kita dukung.” NU dan Muhammadiyah adalah bentuk modernisasi Islam Nusantara. Islam yang memandang agama lebih merangkul pada semua aspek, bukan semua aspek harus dilandaskan pada agama. Asas kedua organisasi besar inilah yang kemudian menumbuhkan agama Islam di Indonesia sebagai agama yang moderat, toleran, dan progresif. Keduanya memiliki ideologi dan cara pandang Islam yang berbeda, tetapi pada hakikatnya keduanya sama-sama ingin mencapai tujuan yang satu, yaitu ridha Allah, dan Islam yang rahmatan lil ‘alamiin. Kita sudah tidak perlu berdebat mengenai amaliyah kita sebagai orang NU atau Muhammadiyah dalam ritual beribadah, karena seperti yang digambarkan di atas, bahwa kedua ormas ini lahir dari orang-orang besar, yang mempunyai satu tujuan, satu misi, dan dari guru dengan sumber yang sama yaitu Al-Qur’an dan hadist. Lalu mengapa, hari ini bangsa kita semakin merasa bahwa golongannya adalah yang paling benar? Ketidak mampuan mengendalikan emosi, mendorong keinginan seseorang untuk melakukan hal-hal yang sebenarnya tidak perlu dilakukan. NU dan Muhammadiyah sejatinya adalah ormas yang berasas pada perlawanan orang-orang yang mengusik kesejahteraan bumi Nusantara. Bahkan di NU sendiri memiliki slogan Hubbul wathon minal iman;  bahwa cinta tanah air adalah sebagian dari iman. Maka, jelas orang-orang yang mengusik ketentraman orang Indonesia bukanlah orang yang berlandas pada dasar dan tujuan dari berdirinya NU dan Muhammadiyah. NU dan Muhammadiyah yang akan menyatukan umat Islam Indonesia dari cara berpikir yang radikal dan ekstremis, yang justru akan mengancam islam sebagai agama rahmat bagi seluruh alam.

Penulis adalah mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Santri Pesantren Minhajul Muslim Yogyakarta.

Sumber: https://www.nu.or.id


Pengusaha Sukses Disabilitas Ini Buktikan Bahwa Keterbatasan Bukan Alasan

SERUJI.CO.ID – Rasanya quotes Soe Hok Gie “Dan antara ransel-ransel kosong dan api unggun yang membara aku terima ini semua melampaui batas-batas hutanmu, melampaui batas-batas jurangmu,” tepat menggambarkan perjuangan Moh Shobiq.

Di tengah keterbatasan, dia mampu mewujudkan mimpinya. Meski hanya memiliki satu kaki, namun hal itu tak menghalangi semangatnya berkarya, membawa sang ibu menuju titik kesejahteraan.

Keterbatasan fisik hanyalah teori. Ketidakmampuan dianggap hanya pendapat orang lain. Dia senantiasa berfikir bahwa dirinya normal, sama dengan manusia lainnya.

Pola pikir itulah yang membakar semangatnya berjuang. Mengantar dia hingga menjadi sosok mandiri. Meski tertakdir sebagai anak seorang petani, dan hanya tumbuh besar dari kasih sayang seorang ibu, nyatanya kini Shobiq bisa mendulang kesuksesan.

Dengan modal doa dari ibu dan istri, dia membangun sebuah usaha kuliner dalam bentuk kafe bernama Warung Mbok Kom. Lokasiny ada di Jl Ketintang Madya Surabaya, tak jauh dari Telkom dan Universitas Negeri Surabaya (Unesa).

Tak berhenti sampai di situ, keinginannya menjadi manfaat untuk orang banyak juga terwujud seiring berkembangnya usaha yang dia rintis, yaitu membuka lapangan pekerjaan untuk teman-teman disabilitas.

Terhitung dari 17 karyawan, 15 diantaranya penyandang disabilitas seperti tuli, tuna wicara dan tuna daksa. Mereka dibagi mengerjakan job desk masing-masing seperti pramusaji, juru masak dan tukang parkir.

Bukan tak beralasan, Shobiq mempekerjakan kaum disabilitas mengingat perjuangannya dulunyang sulit mendapat pekerjaan. (Nia)

https://seruji.co.id/gaya-hidup/inspiratif/pengusaha-sukses-disabilitas-ini-buktikan-bahwa-keterbatasan-bukan-alasan/

 

Salah Besar Jika Pejabat Menganggap Dirinya Lebih Mulia dari Ulama

As-Syekh Prof Dr. Hisham Kabani Al Hasani (Astrolog Amerika & Mursid Tariqoh Naqsabandiyah) & SBY (Mantan Presiden RI)

 

Sungguh kekeliruan besar jika ada pejabat menganggap dirinya lebih mulia dan lebih tinggi derajatnya dari ulama. Menghinakan para ulama dan orang saleh dapat mendatangkan bala. Salah satu musibah di zaman ini adalah ketika masyarakat lebih memuliakan pejabat daripada ulama.

Ulama dan orang-orang saleh membawa keberkahan di tengah masyarakat. Mereka adalah permata, matahari bagi kegelapan, serta mereka adalah sebab tidak turunnya azab dan bala dari Allah Ta’ala.

Allah Ta’ala berfirman:

وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيُعَذِّبَهُمْ وَأَنْتَ فِيهِمْ ۚ

Dan Allah sekali-kali tidak akan mengazab mereka, sedang kamu berada di antara mereka…” (Surah Al-Anfaal: Ayat 33).

Ulama tafsir mengatakan, selagi ajaran Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم dihidupkan oleh para ulama, maka Allah tak akan menurunkan azab. Begitu pula dengan adanya orang-orang saleh yang mengikuti Nabi صلى الله عليه وسلم adalah sebab tidak turunnya azab

Ada satu hadis Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم:

وعن جابر بن عبد الله قال : قال رسول الله صلى الله وسلم : (إن الله ليصبح بصلاح الرجل المسلم ولده وولد ولده وأهل دويرته ودويرات حوله ولا يزالون فى حفظ الله عز وجل ما دام فيهم)

Singkat hadis ini dimaknai bahwa Allah Ta’ala akan menjaga suatu kaum selama orang saleh masih berada di antara mereka.

إن الله ليدفع بالمسلم الصالح عن مائة أهل بيت من جيرانه بلاء
[أخرجه الطبراني في الكبير و الأوسط]

“Sesungguhnya Allah Ta’ala akan menolak bala dari seratus keluarga tetangga orang saleh dengan sebab adanya orang saleh ini. Dengan sebab orang saleh, bala tak akan turun kepada tetangga-tetangga mereka.”

Ketika ulama dan orang-orang saleh ada di antara kita, lalu kita memuliakannya, maka kita akan mendapat barokah dan merasakan ketenangan yang haqiqi.

Mari kita mengambil pelajaran dari sejarah umat para Nabi terdahulu yang merendahkan para Rasul yang dimuliakan Allah, na’udzubillahi min dzalik.

1. Umat Nabi Nuh menganggap Nabi Nuh sebagai manusia biasa:

فَقَالَ الْمَلَأُ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ قَوْمِهِ مَا نَرَاكَ إِلَّا بَشَرًا مِثْلَنَا وَمَا نَرَاكَ اتَّبَعَكَ إِلَّا الَّذِينَ هُمْ أَرَاذِلُنَا بَادِيَ الرَّأْيِ وَمَا نَرَىٰ لَكُمْ عَلَيْنَا مِنْ فَضْلٍ بَلْ نَظُنُّكُمْ كَاذِبِينَ

“Maka berkatalah pemimpin-pemimpin yang kafir dari kaumnya: ‘Kami tidak melihat kamu, melainkan (sebagai) seorang manusia (biasa) seperti kami, dan kami tidak melihat orang-orang yang mengikuti kamu, melainkan orang-orang yang hina dina di antara kami yang lekas percaya saja, dan kami tidak melihat kamu memiliki sesuatu kelebihan apapun atas kami, bahkan kami yakin bahwa kamu adalah orang-orang yang dusta”. (Surah Huud: 27)

2. Umat Nabi Musa dan Nabi Harun Menganggap Keduanya sebagai manusia biasa:

فَقَالُوا أَنُؤْمِنُ لِبَشَرَيْنِ مِثْلِنَا وَقَوْمُهُمَا لَنَا عَابِدُونَ

“Dan mereka berkata: ‘Apakah (patut) kita percaya kepada dua orang manusia seperti kita (juga), padahal kaum mereka (Bani Israil) adalah orang-orang yang menghambakan diri kepada kita?” (Surah Al Mu’minuun: 47)

3. Umat Nabi Sholeh menganggap Nabi Sholeh sebagai manusia biasa:

مَا أَنْتَ إِلَّا بَشَرٌ مِثْلُنَا فَأْتِ بِآيَةٍ إِنْ كُنْتَ مِنَ الصَّادِقِينَ

“Kamu tidak lain melainkan seorang manusia seperti kami; maka datangkanlah sesuatu mukjizat, jika kamu memang termasuk orang-orang yang benar. (Surah Asy Syu’araa’: Ayat 154)

4. Umat Nabi Syua’ib menganggap Nabi Syua’ib sebagai manusia biasa:

وَمَا أَنْتَ إِلَّا بَشَرٌ مِثْلُنَا وَإِنْ نَظُنُّكَ لَمِنَ الْكَاذِبِينَ

“Dan kamu tidak lain melainkan seorang manusia seperti kami, dan sesungguhnya kami yakin bahwa kamu benar-benar termasuk orang-orang yang berdusta. (Surah Asy Syu’ara’: 186)

5. Begitu juga Kaum Musyrikin Menganggap Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم sebagai manusia biasa:

وَقَالُوا مَالِ هَٰذَا الرَّسُولِ يَأْكُلُ الطَّعَامَ وَيَمْشِي فِي الْأَسْوَاقِ ۙ لَوْلَا أُنْزِلَ إِلَيْهِ مَلَكٌ فَيَكُونَ مَعَهُ نَذِيرًا

“Dan mereka berkata: Mengapa rasul itu memakan makanan dan berjalan di pasar-pasar? Mengapa tidak diturunkan kepadanya seorang Malaikat agar Malaikat itu memberikan peringatan bersama-sama dengan dia? (Surah Al Furqaan: 7)

Apa yang terjadi dengan sikap tersebut? Mereka semua yang satu zaman dan berjumpa langsung dengan para Nabinya tak mendapatkan kebaikan. Bahkan hanya memperoleh kehinaan, termasuk di masa Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم. 

Pertanyaannya, kenapa bisa terjadi demikian? Karena mereka hanya memandang para Nabi sebagai manusia biasa tanpa memandang derajat mereka yang tinggi di sisi Allah Ta’ala. Sungguh sia-sia bagi suatu kaum yang ada orang alim/saleh di antara mereka, tanpa adanya pemuliaan mereka terhadapnya. Cukup jadi pelajaran kehancuran orang-orang dahulu disebabkan kurang memuliakan hamba-hamba yang dicintai Allah Ta’ala.

Tugas suatu kaum apabila ada orang alim/saleh di antara mereka:
1. Memuliakannya, utamakan melihat derajat mereka yang tinggi di sisi Allah Ta’ala.
2. Mempergunakan keilmuannya dengan bertanya dan membukakan baginya majelis-majelis ilmu, agar ilmunya dapat ia curahkan untuk kemaslahatan umat.
3. Menjaga mereka dari orang yang ingin menyakitinya.
4. Mencintai mereka, sebab hal itu dapat mendatanglan rahmat Allah Ta’ala.

Mudah-mudahan kita termasuk pecinta ulama dan orang-orang saleh agar di Yaumul Qiyamah kelak nanti kita dikumpulkan bersama kaum saleh. Aamiiin.

Segelas Susu Untuk Biaya Operasi

Carlos adalah seorang pemuda yang sedang mengenyam pendidikan sarjana jauh dari kampung halamannya, berangkat dari keluarga yang sederhana ia ingin mewujudkan mimpi menjadi seorang dokter spesialis. melihat keadaan keluarganya yang tidak begitu mewah maka ia berinisiatif untuk berjualan peralatan rumah tangga untuk menutup biaya kuliah dimana ia tidak bisa membabankan biaya tersebut kepada orang tuanya yang jelas tidak mampu, setiap lepas dari jam kuliah carlos menjajalkan dagangan nya dari rumah kerumah di sekitar daerah tempat ia ngekos. pada suatu hari ia pun menjajalkan dagangannya pada sebuah kompleks perumahan yang begitu padat, hari itu matahari begitu terik setelah beberapa saat ia berkeliling tak satupun juga dagangan nya laku, dan ia merasakan lapar yang teramat sangat sementara uang yang ada di sakunya tinggal 1 sen saja dan tentu tidak akan cukup untuk dibelikan makanan,
maka ia berfikir akan memberanikan diri untuk meminta makanan pada rumah selanjutnya di mana ia akan mencoba menawarkan barang dagangan nya.

sampailah Carlos pada sebuah rumah yang cukup sederhana dan tidak begitu mewah di banding rumah-rumah yang lain di kompleks tersebut yang telah ia datangi ia pun mengetuk pintu rumah, taklama berselang keluarlah wanita paruh baya menyambutnya dengan senyuman, sembari menanyakan maksud dan tujuan Carlos berkujung ke rumahnya, Carlos pun memperkenalkan diri dan tidak lupa menawarkan barang dagangannya. wanita itu melihat-lihat barang dagangan Carlos sambil terus mengajak bicara, menanyakan Asal, tempat tinggal, Kesibukan dan lain-lain dengan menahan lapar pun Carlos terus menjawab setiap pertanyaaan dari wanita itu, sementara melihat keadaan wanita itu carlos pun mengurungkan niatnya untuk meminta makanan namun ia terasa sudah tak sanggup lagi dengan kondisi perutnya yang sejak pagi belum terisi apapun juga, maka karlos memberanikan diri meminta segelas air putih kepada wanita paruh baya itu sekedar untuk membasahi tenggorokannya yang kering akibat panas matahari.

“tunggu sebntar ya nak…, saya akan ambilkan”

 

sambut wanita itu dengan ramah sembari bergegas berdiri masuk kerumah meninggalkan carlos yang duduk di atas kursi rotan di teras rumah wanita itu, ternyata wanita itu tau bahwa Carlos sebenarnya sedang kelaparan, maka ia mengambilkan sepotong roti dan segelas susu besar kemudian diberikan nya kepada Carlos.

“ini nak silahkan di minum dan di makan rotinya…”
tegur wanita itu dengan santun,
carlos pun langsung menegak segelas susu yang diberikan dan memakan sepotong roti tersebut hingga habis, kemudian Carlos mengucapkan terima kasih kepada wanita paruh baya tersebut.
“Terima kasih bu,, karena hari ini dagangan saya belum ada yang laku maka saya tidak bisa membayar apa yang ibbu berikan kepada saya dengan sejumlah uang,

maka ambil lah barang dagangan saya bu untuk mengganti sepotong roti dan segelas susu yang telah saya minum”
Carlos berucap dengan penuh terima kasih sambil menyodorkan kotak dagangannya kehadapan ibu paruh baya itu.

kembali dengan senyumnya wanita itu menjawab
“Tidak nak ibu ikhlas memberikan nya kepada anda..”
kemudian Carlos pun kembali berkata kepada wanita tersebut.
“Baik ibu terimakasih sekali lagi, atau mungkin untuk ini saya anggap saya berhutang kepada ibu…”
mendengar ucapan Carlos tersebut wanita itu mejawab lagi
” tidak nak,,, orang tua kami selalu mengajarkan untuk tidak pernah mengharap bayaran atas kebaikan yang kita lakukan”

Akhirnya Carlos pun meninggalkan rumah tersebut setelah berpamitan, dari situ Carlos merasa lebih kuat dan segar lagi untuk melanjutkan perjalanan, bukan hanya secara fisik namun keimanannya terasa semakin kuat setelah berjumpa dan mendengar kata-kata dari wanita paruh baya tersebut.

Waktu pun berlalu Carlos sudah menjadi seorang dokter spesialis dan bertugas pada sebuah Rumah sakit di kota besar. dan pada suatu hari Carlos bertemu pasien seorang wanita yang sedang mengidap penyakit aneh seperti semakam tumor ganas yang menggerogoti tubuhnya, pada data pasien yang ia terima di situ tercatat pasien atas nama Estera dan adalah pasien rujukan dari rumah sakit di kota kecil tempat dimana Carlos dulu pernah kuliah. Maka ia teringat dengan sosok wanita yang dulu pernah memberinya segelas susu dan sepotong roti. Bergegaslah Carlos ke kamar pasien tersebut, sekilas ia tatap wajah pasien yang sedang memejamkan matanya, Carlos begitu ingat wajah wanita itu dengan senyum santunya yang seolah abadi di bibirnya Carlos pun yakin bahwa wanita ini adalah wanita yang memberinya segelas susu beberpa tahun yang lalu, Hari hari Carlos pun merawat wanita ini dengan penuh tanggung jawab dan terus mencoba menyembuhkan penyakitnya beberapa kali operasipun di lakukan untuk menyembuhkan penyakit wanita ini, dengan perjuangan dan doa wanita itupun berangsur membaik namun dia tidak tahu bahwa dokter yang menanganinya adalah Carlos, pemuda yang dulu pernah bertamu kerumahnya menjajalkan peralatan rumah tangga.
sampai pada suatu saat ketika wanita itu telah sehat benar dan di perbolehkan untuk pulang seorang suster menghampirinya
“ibu,, sudah boleh pulang hari ini, ada mobil di depan yang akan mengantar ibu pulang sampai di rumah”

 

dengan cirikhas senyumnya yang santun wanita itu menyahut
“terima kasih suster, tapi saya dan keluarga saya belum mengurus administrasinya kan?…”
kemudian suster itu kembali menjawab
“semua sudah di selesaikan bu,, biayanya semua sudah dibayar”
selesai mengatakan itu suster menyodorkan sepotong kertas recipt administrasi rumah sakit kepad wanita itu

 

wanita itu terkejut melihat daftar biaya rumah sakit yang begitu besar, dan bertanya-tanya siapa yang telah membayar semua biaya ini
belum selesai ia berfikir wanita itu membalik kertas tersebut dan di situ ada tulisan tangan yang bunyinya
“semua sudah terbayar dengan segelas susu dan sepotong roti, semoga sehat selalu ibu…”
betapa terkejutnya wanita itu dan dia segera mengingat tentang sosok Carlos< pemuda mahasiswa kedokteran yang dulu pernah berdagang barang-barang peralatan rumah tangga yang pernah singgah kerumahnya.

Demikian sedikit cerita hari ini semoga bisa menjadi inspirasi untuk kita, bahwa untuk berbuat baik akan lebih utama jika di sertai dengan perasaan ikhlas tanpa berharap imbalan apapun, melakukan perkerjaan dengan tanggung jawab dan selelu memberikan yang terbaik atas apa yang kita lakukan untuk memberikan sesuatu yang bermanfaat untuk orang lain niscaya kebaikanpun akan bersama kita, mungkin besok, lusa, atau nanti jika tidak hari ini. karena Tuhan adalah maha dari segala maha.
trust it.

salam cyber peace love calm and friendly.

(Cerita Kisah Inspiratif segelas susu ini diambil dari buku pengalaman Dr. Howard Kelly dalam perjalanannya melalui Northern Pennsylvania, AS)

Kisah Imam Ahmad bin Hanbal dan Istighfar Tukang Roti

Imam Ahmad bin Hanbal, ulama besar pendiri mazhab Hanbali (murid Imam Syafi’i) punya kisah menarik bertemu dengan seorang penjual (tukang) roti yang merindukannya. Di masa akhir hidup beliau bercerita, “Suatu ketika (ketika saya sudah usia tua) saya tidak tahu kenapa ingin sekali menuju ke salah satu kota di Irak (Bashrah).

Padahal tidak ada janji sama orang dan tidak ada hajat. Akhirnya Imam kelahiran Baghdad tahun164 Hijriyah itu berangkat menuju Bashrah. Dalam manaqibnya, beliau bercerita, “Pas tiba di sana waktu Isya’, saya ikut salat berjamaah isya di masjid, hati saya merasa tenang, kemudian saya pingin istirahat”.

Begitu selesai salat dan jamaah bubar, Imam Ahmad pingin tidur di masjid, tiba-tiba Marbot masjid datang menemui imam Ahmad sambil bertanya “Kenapa syeikh, mau ngapain di sini?”. Untuk diketahui, kata Syekih biasanya dipakai untuk 3 panggilan, bisa untuk orang tua, orang kaya ataupun orang alim (berilmu).

Dalam kisah ini, panggilan Syeikh adalah panggilan sebagai orang tua, karena sang marbot tidak mengenal Imam Ahmad, dia melihat beliau hanya sebagai sebagai orang tua yang layak dihormati.

Imam Ahmad pun tidak memperkenalkan siapa dirinya. Sosok Imam Ahmad di Irak sangat populer, semua orang kenal beliau, seorang ulama zuhud ahli hadis dan hapal sejuta hadis. Pada masa itu tidak ada foto sehingga orang tidak tau wajahnya, cuma namanya sudah terkenal.

Kata Imam Ahmad: “Saya ingin istirahat, saya musafir”. Sang marbot menanggapi, “Tidak boleh, tidak boleh tidur di masjid”.

Imam Ahmad bercerita, “Saya didorong-dorong oleh orang itu disuruh keluar dari masjid, Setelah keluar masjid, dikunci pintu masjid. Lalu saya pingin tidur di teras masjid.”

Ketika sudah berbaring di teras masjid, marbotnya datang lagi, marah-marah kepada Imam Ahmad. “Mau ngapain lagi syeikh?” Kata marbot. “Mau tidur, saya musafir,” kata imam Ahmad. Lalu marbot berkata, “Di dalam masjid gak boleh, di teras masjid juga gak boleh”. Imam Ahmad pun diusir.

Di samping masjid ada penjual roti (rumah kecil sekaligus untuk membuat dan menjual jual roti). Penjual roti ini sedang membuat adonan, sambil melihat kejadian Imam Ahmad didorong-dorong oleh marbot masjid.

Ketika Imam Ahmad sampai di jalanan, penjual roti itu memanggil dari jauh: “Mari syeikh, anda boleh menginap di tempat saya, saya punya tempat, meskipun kecil”. Kata imam Ahmad “baik”. Imam Ahmad masuk ke rumahnya, duduk di belakang penjual roti yang sedang membuat roti (dengan tidak memperkenalkan siapakah dirinya, hanya bilang sebagai musafir).

Penjual roti ini punya perilaku unik, jika Imam Ahmad mengajak ngomong, dijawabnya. Kalau tidak, dia terus membuat adonan roti sambil melafalkan istighfar, “Astaghfirullah”. Ketika maruh garam Astaghfirullah, mecahin telur Astaghfirullah, campur gandum Astaghfirullah. Tukang roti ini selalu mendawamkan istighfar. Sebuah kebiasaan mulia. Kebiasaan itu pun menarik perhatian Imam Ahmad.

Lalu Imam Ahmad bertanya: “Sudah berapa lama kamu lakukan ini?”. Orang itu menjawab: “Sudah lama sekali syeikh, saya menjual roti sudah 30 tahun, jadi semenjak itu saya lakukan”.

Imam Ahmad bertanya “Ma tsamarotu fi’luk?” “apa hasil dari perbuatanmu ini?”. Tukang roti itu menjawab “(lantaran wasilah istighfar) tidak ada hajat yang saya minta, kecuali pasti dikabulkan Allah. Semua yang saya minta ya Allah, langsung diterima”.

Lalu orang itu melanjutkan: “Semua dikabulkan Allah kecuali satu, masih satu yang belum Allah kasih”. Imam Ahmad penasaran dan bertanya: “Apa itu”. Kata orang itu “saya minta kepada Allah supaya dipertemukan dengan Imam Ahmad”.

Mendengar itu, seketika itu Imam Ahmad langsung bertakbir: “Allahu Akbar”. Allah telah mendatangkan saya jauh dari Bagdad pergi ke Bashrah bahkan sampai didorong-dorong oleh marbot masjid itu sampai ke jalanan ternyata berkat istighfarmu”.

Penjual roti itu pun terperanjat seraya memuji kebesaran Allah. Dia tak menyangka kalau orangtua yang diajaknya menginap di tempatnya adalah seorang ulama besar yang dirindukannya.

Demikian kisah Imam Ahmad bin Hanbal dan istighfar tukang roti yang penuh hikmah. Rasulullah SAW pernah bersabda: “Barangsiapa yang menjaga (mendawamkan) istighfar, maka Allah akan menjadikan jalan keluar baginya dari semua masalah dan Allah akan berikan rizki dari jalan yang tidak disangka-sangkanya”.

https://kalam.sindonews.com/read/4906/70/kisah-imam-ahmad-bin-hanbal-dan-istighfar-tukang-roti-1587398671/10

Opening Schedule

A small river named Duden flows by their place and supplies it with the necessary regelialia. It is a paradise

+04 367 4422

The search for eternal youth has to be a human imagination since times accident the search for eternal .

[contact-form-7 id="9521"]

Our ekit SCHOOL courses

What do you want to learn today?

Your Complete Guide to Photography

A small river named Duden flows by their place and supplies it with the necessary

Learn Python – Interactive Python

A small river named Duden flows by their place and supplies it with the necessary

Introduction to Edu_Learn LMS Plugin

A small river named Duden flows by their place and supplies it with the necessary

Your Complete Guide to Photography

A small river named Duden flows by their place and supplies it with the necessary

Learn Python – Interactive Python

A small river named Duden flows by their place and supplies it with the necessary

Introduction to Edu_Learn LMS Plugin

A small river named Duden flows by their place and supplies it with the necessary
Client Logo

A small river named Duden flows by their place and supplies it with the necessary regelialia. It is a paradisematic country, in which

K. K. Dokania WordPress Dev.
Client Logo

A small river named Duden flows by their place and supplies it with the necessary regelialia. It is a paradisematic country, in which

Amelia Ava WordPress Dev.
Client Logo

A small river named Duden flows by their place and supplies it with the necessary regelialia. It is a paradisematic country, in which

Lucy Evelyn WordPress Dev.

Latest ekit news

Ekit Latest News

Get the app in Playstore

Lets get the app and try ekit for free and no creadit card required